Nggak sengaja nemu foto ini di file dalam laptop.
Jadi teringat masa-masa perjuangan bersama keluarga Teater Tunas Banua nii.... Hiks, sedih. tunggu kuusap dulu air mata yang keluar ini, (kaos kaki mana kaos kaki!!!!!). Baik daripada saya bersedih tidak jelas seperti ini lebih baik kita simak artikel yang saya tulis sendiri ini dengan seksama dan memerlukan penghayatan secara mendalam. Semoga bermanfaat.
TEATER TUNAS BANUA
Teater
Tunas Banua merupakan salah satu teater pelajar yang menggeluti dunia drama
teater di kota Banjarmasin yang pada mulanya didirikan oleh sekitar lima puluh
pelajar dari sekolah MAN 2 Model Banjarmasin yang umumnya masih menduduki kels
satu dan dua. Awalnya teater ini belum
memiliki nama, dan persis tanggal berdirinya pun tak diketahui.
Pada mulanya Teater Manda (singkatan
dari MAN 2) dilatih oleh seorang penggerak teater di Banjarmasin. Nama pelatih tersebut biasa disebut dengan Ka
Wahyu. Ka Wahyu merupakan pelatih yang direkomendasikan oleh guru untuk melatih di teater Manda.
Di pentas perdananya teater Manda
disambut baik oleh para siswa dan para guru di sekolah. Dengan membawakan
naskah komedi yang menceritakan tentang orang-orang yang mengganutungkan
nasibnya pada seorang dukun. Naskah ini dikarang sendiri oleh anggota teater
Manda yang bernama Erlita, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Mbo’.
Walaupun dengan penampilan yang
seadanya, dengan vokal dan tekhnik berteater yang masih seadanya dengan
bergantian menggunakan mikropon saat berdialog, penampilan perdana teater Manda yang
bertepatan saat acara perayaan hari jadi sekolah tersebut berjalan lancar. Respon positif dan komentar-komentar konyol
yang keluar dari para siswa dan guru-guru merupakan sebuah langkah awal yang
bagus untuk teater ini.
***
Selang beberapa bulan kemudian,
teater Manda diminta untuk tampil kembali di acara perpisahan siswa kelas tiga.
Karena penampilan perdana yang bagus, Kepala Sekolah yang saat itu memimpin di
Manda meminta untuk ikut berpartisipasi dalam pagelaran ini. Naskah kembali
ditulis oleh Mbo’. Di naskah kedua ini menceritakan tentang kehidupan remaja
antara anak-anak pengamen dengan anak- anak yang beruntung yang bisa bersekolah
dengan baik. Namun karena kondisi saat itu kacau, para siswa lebih asik dengan
kegiatan mereka masing-masing, suasana gedung yang ribut membuat konsentrasi
pertunjukkan kacau dan pertunjukkan pun kurang berjalan lancar.
Karena pertunjukkan yang dianggap buruk oleh Pembina osis saat
itu, teater Manda dengan begitu saja ditiadakan dari ekskul sekolah. Awalnya
anak-anak kehilangan semangat karena ekskul tempat mereka berkreasi sudah
dihapus dari sekolah. Namun karena semangat mereka untuk tetap berkarya masih
ada, mereka tetap menjalankan latihan walau dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah peristiwa penghapusan teater
itu pula, Ka Wahyu sebagai pelatih juga terpaksa berhenti mengajarkan ilmu
teater kepada anak-anak karena dia ada
kesibukan lain. Anggota yang awalnya banyak sedikit-sedikit menghilang dan
menyisakan dua belas orang yang masih ingin melanjutkan semangat mereka untuk
berteater. Mereka adalah, Pauzan, Fauzi, Eka, Hasbi, Reza, Dayat, Erlita, Revi,
Rina, Siti, Rika, Dan Zainab.
Pauzan yang kebetulan memiliki
seorang abang yang juga menggeluti dunia teater meminta abangnya tersebut untuk
melatih anak-anak. Abang Riza Rahim, dialah yang akan melatih anggota yang
tersisa, bahkan sampai sekarang ini Abang Riza Rahim masih membagi ilmunya
kepada anak-anak teater anak Manda meski tidak dibayar. Namun sayang, saat
latihan tak jarang mereka dimarahi oleh pihak sekolah karena kami tetap
berlatih teater walau teater kini telah dihapus.
Para anak yang bersemangat ini masih
belum menyerah, Bang Riza biasa membawa mereka ke kampus beliau untuk latihan.
Sampai satu ketika Bang Riza dan seorang temannya yang juga melatih teater di sekolah lain berinisiatif untuk mengadakan
sebuah pertunjukkan happening art mengelilingi kampus IAIN Antasari Banjarmasin
dengan konsep dramatisasi puisi. Dan saat itu juga bertepatan dengan penampilan
dramisasi puisi ini, teater Manda resmi mendapat nama dari Bang Riza dengan
nama Teater Tunas Banua Banjarmasin. Dan mulai saat itu juga, pada tanggal 29 Oktober 2008 menjadi tahun kelahiran Teater Tunas Banua.
***
Keinginan untuk megembalikan Teater
Tunas Banua menjadi ekskul sekolah masih kuat pada diri anggotanya, maka saat
penerimaan anggota osis yang baru sebagian dari anggota teater sengaja masuk
mengisi divisi kesenian. Dengan menjadikan teater sebagai salah satu program
kerja kesenian di sekolah, mereka berharap agar teater di Manda bisa diakui
kembali sebagai salah stu ekskul sekolah. Namun usaha itu masih belum berhasil,
program kerja untuk menjadikan teater sebagai ekskul sekolah ditolak oleh
sekolah.
Namun mereka belum menyerah begitu
saja. Setahun kemudian, ketika Pembina osis yang lama telah digantikan dengan
Pembina osis yang baru. Anggota teater yang kini beranggotakan hanya lima orang
yaitu Pauzan, Fauzi, Eka, Erlita dan Revi kembali mengajukan teater sebagai
ekskul sekolah. Permintaan dipenuhi tapi dengan satu syarat, teater diadakan
apabila siswa yang berminat tidak kurang dari dua puluh. Pencarian anggota baru pun dilaksanakan oleh kelima
anak yang tersisa tadi, dan mendapat hasil yang sangat bagus. Sekitar enam puluh lebih siswa di
Manda tertarik untuk mengikuti ekskul teater.
Kini Teater Tunas Banua resmi menjadi ekstra kulikuler yang ada di Manda. Kepengurusan pun dibentuk, dengan Pauzan yang diangkat sebagai ketua pada waktu itu. Semangat untuk terus berkarya semakin menjadi, bersama dengan aggota baru Teater Tunas Banua semakin giat berlatih. Sampai saat dimana sebuah festival teater tingkat pelajar se Kalimantan Selatan akan diselenggarakan oleh pihak Taman Budaya Kalsel, dan Tunas Banua mendaftarkan diri dalam festival tersebut. Sekitar sebualan penggarapan yang disutradrai oleh Bang Riza ini berjalan. Tunas Banua membawakan naskah pilihan yang berjudul Deamng Lehman karya D.M.A Bapak Haji Adjim Arijadi.
Di festival yang pertama kali
diikuti ini, Tunas Banua berhasil memperoleh peringkat kedua dan ini merupakan
prestasi pertama yang diraih oleh mereka. Setelah kemenangan ini, dukungan dan
dukungan berdatangan dari pihak sekolah dan Tunas Banua bukan lagi ekskul yang
tidak dianggap di sekolah. Bahkan pihak-pihak yang dulu menentang teater kini
juga sangat mendukung Teater Tunas Banua.
Setelah beberapa bulan kemudian
sebuah festival teater pelajar kembali diselenggarakan oleh Teater Himasindo
FKIP Unlam Banjarmasin, dan ini merupakan festival kedua yang diikuti Tunas
Banua.Di festival kali ini merupakan salah satu prestasi terbaik yang diperoleh
Tunas Banua, mereka berhasil membawa pulang empat piala sekaligus sebagai
penyaji terbaik satu, sutradara terbaik, artistik terbaik serta aktor terbaik.
Nama Tunas Banua pun kini semakin dikenal diantara penggelut teater di
Banjarmasin. Dan diantara para siswa di Manda, anggota teater ini merupakan
para siswa yang dinilai memiliki keunikannya masing-masing berkat pendidikan
selama berada di Teater Tunas Banua.
Cerita di atas merupakan segelintir
cerita berdirinya Teater Tunas Banua yang pada awalnya mengalami banyak
rintangan sampai berbagai macam prestasi sudah diraih oleh sanggar yang
menganut system kekeluargaan ini. Tunas Banua juga pernah mengikuti ajang
festival drama nasional yang diadakan di Semarang dan berhasih membawa pulang piala
aktris pembantu terbaik yaitu Mbo’ dan banyak meraih nominasi.
”Semoga
Teater Tunas Banua selalu berjaya dan semoga seni budaya di Negara kita akan
selamanya ada di tengah-tengah kehidupan kita jangan sampai terhapus oleh zaman.”
Foto-foto :
Bubuhan Yamani
Behind the scene gugur bunga
Baru nyampe Semarang.
Foto sama dewan juri.. :)
Lawang Sewu cuuuuy.. brrrrrrrrrrrrrrr!!!!
foto-foto sama teman-teman dari teater Spontan Palu
Foto-foto :
Bubuhan Yamani
Behind the scene gugur bunga
Baru nyampe Semarang.
Foto sama dewan juri.. :)
Lawang Sewu cuuuuy.. brrrrrrrrrrrrrrr!!!!
foto-foto sama teman-teman dari teater Spontan Palu
perjuangan yang luar biasa :)
BalasHapusmakasih Yam, tetap semangat yoo....
BalasHapusAselole...... :D
BalasHapusKa Uzi, Mnta Sdikit Photo Angkatan Pian Nah :D Sgan Dokumentasi :)
BalasHapusSedi banget ka cerita nya...
BalasHapussemoga saja Teater Tunas Banua akan selalu menjadi yang terbaik dari yang terbaik
amieen ...
Sedi banget ka cerita nya...
BalasHapussemoga saja Teater Tunas Banua akan selalu menjadi yang terbaik dari yang terbaik
amieen ...