Assalamu’alaikum wr,
wb. Sebelumnya aku mau ngucapin selamat hari raya Idul Adha 14xx Hijriah (sory
aku lupa tahun Arabnya) mohon maaf lahir dan bathin, semoga di hari yang suci
ini kita mendapatkan berkah dan semoga sapi yang di kurbankan hari ini bisa
mendapatkan kandang baru yang layak di alam sana. Amiien.
Ngomong-ngomong
tentang Idul Adha dan sapi, aku punya pengalaman nih. Hasil dari survey
seharian keliling Banjarmasin Cuma mau ngasih angket aja buat para sapi yang
mau disembelih. Ini pekerjaan yang gampang kok, kita cukup ngasih angket sama
pensil 2B sama para sapi biar nanti mereka sendiri yang ngisi pertanyaan yang
ada di angket tersebut. Cuma tak semua sapi yang mendapat pendidikan layak,
masih ada beberapa ekor sapi yang tidak bisa baca tulis. Sebagai sapi dia adalah
seekor sapi yang buta aksara. Tragis, si sapi yang hidupnya serba kesusahan,
nyari makan sulit karena rumput-rumput di dunia ini telah digantikan oleh
rumput sintetis yang biasa kita temui di lapangan futsal, karena tak mempunyai
tempat tinggal mereka juga harus tidur di kandang sapi (Ya..Eyaaalaaah!!
Namanya juga sapi!!). Belum lagi majikan mereka yang genit dan tidak
bertanggung jawab tiap hari meremas-remas tetek si sapi tapi sang majikan tetap
nggak mau ngawinin, padahal si sapi juga sudah pada umur yang matang untuk
dikawinin. Ya wajar dong kalo si sapi berharap lebih pada majikannya, wong
majikannya suka mainin perasaan si sapi (kesian).
Di
tengah-tengah hidupnya yang susah dan diantara kegalauan hatinya, si sapi malah
harus menanggung beban pilu. Tahun ini dia dinobatkan sebagai salah satu sapi
qurban. Siap tidak siap dia harus siap dalam posisi siap dengan kesiapan yang
matang. Dia sangat senang, diakhir usianya dia menemukan teman curhat yang pas
untuk mencurahkan segala hasrat yang ada (kaya lagu dangdut ja lagi acil sapi
nih). Karena dia nggak bisa baca tulis, jadi terpaksa aku bantu untuk mengis angket.
“Nama
anda siapa ya??” Kataku.
“Anu
mas, teman-teman saya para sapi jantan sering memanggil saya dengan Sapira.”
Jawab sapi.
“Sapi-sapi
jantan?? Wah, nampaknya anda sangat terkenal ya di kalangan sapi jantan.”
“Iya
mas, dulu waktu saya belum dibeli oleh majikan saya yang sekarang, saya adalah
kembang sapi di tempat asal saya. Tapii
saat mas Joko (sang majikan) membeli saya, saya harus berpisah dengan
teman-teman saya. Awalnya saya bahagia hidup bersama mas Joko, saya biasa
dimandikannya, diberi makan, diajak jalan-jalan maas. Sampai pada suatu hari
mas Joko mulai berbuat tak wajar pada saya, dipagi-pagi buta saat istri mas
Joko belum bangun dia pergi ke kandang saya mas. Dia membawa sebuah ember lalu
meremas-remas tetek saya, saya yang sudah terlanjur suka dengan mas Joko jadi
saya biarin aja mas Joko melakukan itu. Tapi maaas, hari kini berganti hari,
minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Mas Joko sama sekali tak memberi kejelasan
terhadap hubungan kami, saya sedih mas. Dan hari kemarin dia dengan teganya menjualku sebagai sapi
qurban. Tega! Mas Joko memag tega!! Nyesal saya mas, kenapa dari dulu saya
sering menolak cinta sapi jantan yang dengan tulusnya mencintaiku. Mungkin ini
adalah karma untuk seekor sapi seperti saya ini. Dan beberapa jam lagi saya
akan disembelih untuk dibagi-bagikan dagingnya pada masyarakat.”
Mengusap
air mata. “Ehm! Baik, mungkin sebelum anda disembelih ada pesan-pesan terakhir
yang ingin disampaikan?”
“Saya
hanya ingin berpesan pada mas Joko, jangan lagi mainin perasaan sapi betina.
Cukup saya aja mas yang mas buat hancur begini. Dan untuk para sai betina,
jangan mudah tergoda dengan majikan kalian. Kalau majikan kalian mulai berbuat
macam-macam lebih kalian akhiri saja hubungan kalian secara baik-baik sebelum
semuanya terlanjur.”
###
Cukup
mengharukan ya wawancara dengan Sapira tadi, jadi itu adalah contoh dari kisah
cinta yang tragis. Dan semoga kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup
Sapira. Nah, sekarang aku mau menunjukkan hasil wawancara dari beberapa ekor
sapi yang aku anggap paling bagus.
Dimulai dari
seekor sapi jantan yang tak mau disebutkan namanya yang aku temui di Langgar
Yuhyin Nufus di Jl. Pangeran Hidayatullah. Sedari tadi dia hanya menangis,
sambil memegang kertas angket dan menggigit pensil 2B yang aku kasih. Sapi ini
tak mau menulis identitas lengkapnya, darimana dia berasal, status hubungannya,
bahkan penyakit yang pernah ia derita tak mau ia tulis di angket. Di hanya
menuliskan pesa terakhir yang ditujukan untuk istrinya di desa. Isinya sebagai
berikut :
“Dinda, maafkan kanda yang tak bisa
membahagiakan dinda. Kanda pergi meninggalkan dinda dan anak-anak sejak sepuluh
tahun yang lalu. Membanting tanduk, membajak sawah, bahkan ikut caravan sapi di
tanah Madura ini. Namun gaji yang kanda terima hanya berupa rumput-rumput
segar, tak mungkin ada jasa pengiriman yang mau mengantarkan rumput segar ini
ke kampung kita. Kini kanda telah sampai pada masanya, kanda akan menjalankan
tugas sebagai sapi qurban. Kanda tak melarang dinda untuk menikah dengan sapi
jantan yang lain, tapi satu pinta kanda jangan kawin dulu sebelum semua daginng
kanda habis dimakan. Carilah suami yang bisa membahagiakan dinda, menafkahi
keluarga, mendidik anak-anak kita agar menjadi sapi dewasa yang berakhlak.
Selamat tinggal dinda, cinta kanda akan selalu ada buat dinda”
Untuk
yang tercinta, dari kanda yang ingin setia
###
Nah,
lagi-lagi kita menemui cerita sedih, memang berat berpisah dengan orang yang
kita cintai namunn demi sebuah tugas yang mulia sapi harus bisa mengorbankan
apa saja termasuk dirinya. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Tante sapi
yang aku temui di Langgar Al-Ikhlas di jalan Pengambangan. Beliau ini adalah
seorang janda sapi yang kaya raya. Namun seberapa banyak harta kita,
secantik-cantiknya wajah kita saat ajal menemui kita tak bisa menghindar (Khotbah
tadi pagi). Beliau adalah istri dari seorang mantan model iklan shampo anti
kutu yang meninggal tahun lalu karena jantungan akibat anak sapi tetangga yang
main petasan di siang hari di bulan Ramdhan.
Enam
bulan setelah kematian suaminya, janda sapi kaya raya ini mulai menjalin
hubungan dengan seorang sapi bule dari Venezuela, namun ternyata sapi bule itu
hanya mengicar harta janda sapi kaya raya itu saja. Setelah semua harta
berhasil ia kuasai, iapun kembali ke tanah asalnya Venezuela. Janda sapi kaya
raya tak sanggup menghadapi keadaan ini, suami yang telah pergi untuk selama-lamanya,
hartanya yang kini habis, dan cintanya yang dikhianati oleh orang yang baru
dikenalnya. Janda sapi kaya raya sempat ingi bunuh diri, namun syukurnya
sebelum itu terjadi janda sapi kaya raya pada suatu malam didatangi seorang
semacam malaikat yang memberikan saran untuk janda sapi kaya raya. Malaikat itu
menyarankan kepada janda sapi kaya raya untuk menyerahkan diri sebagai sapi
qurban ketimbang mati konyol dengan cara makan rumput yang disemprotkan
inseksida? In sex sida? Inteksida?? Alaah apa itu namanya yang biasa dipake
buat bunuh serangga?? Nah setelah menyampaikan saran itu sang malaikat berubah
menjadi butiran debu (Jreeeng, aku terjatuh dan tak bisaaaaaaaaaaaaaa…kok malah
nyanyi).
Atas
saran sang malaikat, janda sapi kaya raya pun menyerahkan dirinya kepada badan
pengurus hewan qurban. Semoga niat yang mulia ini mendapatkan ganjaran yang
setimpal, amiien.
###
Nah yang
terakhir ini adalah hasil wawancara ku dengan sapi. Sapi adalah nama yang
dikasih oleh orang tuanya yang berarti Sang Pemimpi dan disingkat Sapi. Aneh
juga ya seekor sapi diberi nama Sapi (apa bedanya???). Kata-kata yang biasa
kita dengar “nama adalah doa” adalah sangat benar. Terbukti Sapi yang kini
hidupnya dipenuhi dengan mimpi, mimpi ingin memiliki rambut Mohawk karena Sapi
sangat fans sama kuda, mimpi ingin memiliki seekor binatang peliharaan yang
bisa ia tunggagi (dia nggak sadar bahwa dia adalah hewan yang bisa
ditunggangi), sampai suatu ketika ia bertemu dengan gadis manusia yang
dianggapnya cantik, si Sapi bermimpi ingin menjadi manusia. Ini akibat
kebanyakan baca buku dongeng zaman dulu. Sapi mengkhayalkan si gadis mengecup
tanduknya, dan beberapa saat kemudia dia berubah menjadi pangeran yang rupawan
dan menikahi sang gadis lalu hidup bahagia fiddunya wal akhirah.
Mungkin
Sapi ini adalah salah satu korban sinetron Indonesia. Dia enggan untuk
disembelih dia meronta-ronta di halaman Pos BPK tempat ia akan disembelih. Dia
memohon-mohon kepada tukang jagal untuk tidak menyembelihnya. Namun keputusan
penjagal sudah bulat untuk menyembelih si Sapi.
“Satu
permintaan terakhir, cepat katakana (sangar)”. Kata sang penjagal.
“Satu??
Bagaimana kalau dua permintaan bapak penjagal..”
“Tidak
bisa!! Cukup satu saja cepat!!”
Sapi pun
berfikir keras, permintaan apa yang ingin dia ajukan kepada bapak penjagal.
“Ayo
cepat!! Dalam hitungan ketiga kalau kamu tidak mengatakan permintaanmu, aku
akan langsung potong leher kamu!! Satu!! Dua!! Tiiiii……”
“Eh
tunggu bapak penjagal, baiklah aku akan mengajukan satu permintaan dan ini harus
anda tepati bapak penjagal.”
“Baiklah,
apa itu??”
“Janji
dulu dong paaa.”
“Iyaa
saya berjanji untuk menepatinya.”
“Sini pa
kita saling mengaitkan jari kelingking kita dulu sebagai tanda bapak berjanji.”
“Kamu
kan nggak punya kelingking.”
“Owh
iyayaa.”
“Sudah
cepat katakana saja!”
“Permintaan
saya adalaaaaah..”
“Ayo
cepat katakan!!”
“Eeeengggg…”
“Ang eng
ang eng!! Cepatkan saja!!!”
“B.b.baik
pa, saya Cuma ingin……TOLONG JANGAN SEMBELIH SAYA PAAAA!!!!!! BAPA SUDAH JANJI
JADI BAPAK HARUS MENEPATINYAAAA!!!!!”. Kabur.
Bapak
penjagal hanya bisa berdiri terpaku mendengar kata-kata si Sapi, diam mematung
melihat Sapi kabur dengan senyum puas, deraian air mata dan bokongnya yang juga
ikut tersenyum merdeka.
“Inilah tulisan saya edisi hari raya Idul
Adha 14xx hijriyah, semoga para sapi yang dikurbankan mendapatkan tempat yang layak, amiiien..”
Wassalam ^^
Banjarmasin, 26
Oktober 2012
POWO W.T.F
sumber foto : cybex.deptan.go.id
sumber foto : cybex.deptan.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita berbagi dengan mengomentari postingan ini.. haha