“Saat ku teriakkan tangisan pertamaku, dari sinilah petualanganku dimulai”
Banjarmasin,
24 Juli 1992. Ditengah keadaan ekonomi yang serba sulit, saya Fauziannor
anshari dilahirkan.
Saya
dirawat dan dibesarkan di Banjarmasin ini dengan perjuangan keras kedua orang
tua saya. Ayah saya dulunya hanya lah seorang pekerja serabutan, dengan
semangatnya dia berusaha keras untuk menafkahi keluarganya. Sedangkan ibu saya
dulunya hanya seorang tukang cuci, itu pun kalaunya ada orang yang membutuhkan
jasa tersebut.Namun itu semua tidak menyurutkan niat kedua orang tua saya untuk
kedua anaknya agar bisa hidup lebih baik.
Kesederhanaan,
itu yang selalu mereka ajarkan kepada kami berdua. Hidup memang sulit, namun
kalau kita hadapi dengan ikhlas, sabar, tabah, dan tawaqal, maka ssegala
kesulitan itu akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita.
Itu lah yang diajarkan kedua orang tua saya. Nama Powo aku dapatkan sejak aku menduduki kelas 2 SMA. Powo diambil dari kata, "Po" (Teletubies merah), "Wo" diambil dari nama gubernur Jakarta. Nggak nyambung ya?? Ya emang nggak nyambung. Tapi nama ini adalah pemberian teman-teman seperjuangan, senasib sepenggilaan.
***
Pahit
Manis Kehidupan
“Pahit manis dalam hidup akan menjadi sebuah memori yang
manis kalau kita memaknainya sebagai sebuah perjalanan”
Pengalaman pahit yang saya alami selama perjalanan hidup
saya adalah, ketika dulu saya dianggap sebagai orang yang tidak bisa apa-apa,
bahkan untuk diri saya sendiri. Seringkali saya menyendiri karena saya tidak
bisa seperti anak-anak yang lain yang punya kemampuan, punya bakat, dan apapun
yang mereka inginkan bisa didapat dengan meminta kepada orang tua mereka.
Sampai suatu ketika waktu saya duduk di bangku Aliyah
(SMA), saya tertarik untuki terjun di dunia kesenian. Di sana saya bisa belajar
berbagai macam kesenian, dan dengan
segala pelajaran yang didapat serta pergaulan di sana, terbuka lah hati saya
tentang sebuah arti dari kehidupan. Saya benar –benar mearasakan hidup saya
lebih berasa hidup.Disini lah saya menemukan kebahagiaan yang berbeda. Bahkan
saya bisa mengukir berbagai prestasi di bidang
kesenian.
Berawal dari teater sekolah yang bernama Teater Tunas
Banua yang waktu itu saya bersama teman-teman saya dibantu oleh para guru di
sekolah saya yang mendirikannya. Kami belajar bersama, bukan hanya pelajaran
berseni yang kami dapat di sana, kami juga belajar tentang makna kehidupan
sebagai sebuah proses pendewasaan diri. Waktu saya di Teater Tunas Banua, saya
pernah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai aktor terbaik se Kalimantan
Selatan pada tahun 2009 pada ajang festival teater tingkat provinsi.
Setelah lulus dari Aliyah, kegiatan berseni kami tidak
terhenti. Kami mendirikan kembali sebuah sanggar seni yang kami beri nama
Sanggar Anam Banua. Kami meneruskan pelajaran kami di bidang kesenian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari kita berbagi dengan mengomentari postingan ini.. haha