Bukan diary, hanya catatan sembarangan dari keseharian anak yang hyper aktif

Jumat, 05 Oktober 2012

Teater Tunas Banua


          Nggak sengaja nemu foto ini di file dalam laptop.

           Jadi teringat masa-masa perjuangan bersama keluarga Teater Tunas Banua nii.... Hiks, sedih. tunggu kuusap dulu air mata yang keluar ini, (kaos kaki mana kaos kaki!!!!!). Baik daripada saya bersedih tidak jelas seperti ini lebih baik kita simak artikel yang saya tulis sendiri ini dengan seksama dan memerlukan penghayatan secara mendalam. Semoga bermanfaat.


TEATER TUNAS BANUA

        


            Teater Tunas Banua merupakan salah satu teater pelajar yang menggeluti dunia drama teater di kota Banjarmasin yang pada mulanya didirikan oleh sekitar lima puluh pelajar dari sekolah MAN 2 Model Banjarmasin yang umumnya masih menduduki kels satu dan dua. Awalnya teater  ini belum memiliki nama, dan persis tanggal berdirinya pun tak diketahui.
            Pada mulanya Teater Manda (singkatan dari MAN 2) dilatih oleh seorang penggerak teater di Banjarmasin.  Nama pelatih tersebut biasa disebut dengan Ka Wahyu. Ka Wahyu merupakan pelatih yang direkomendasikan oleh  guru untuk melatih di teater Manda.
            Di pentas perdananya teater Manda disambut baik oleh para siswa dan para guru di sekolah. Dengan membawakan naskah komedi yang menceritakan tentang orang-orang yang mengganutungkan nasibnya pada seorang dukun. Naskah ini dikarang sendiri oleh anggota teater Manda yang bernama Erlita, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Mbo’.
            Walaupun dengan penampilan yang seadanya, dengan vokal dan tekhnik berteater yang masih seadanya dengan bergantian menggunakan mikropon saat berdialog,  penampilan perdana teater Manda yang bertepatan saat acara perayaan hari jadi sekolah tersebut berjalan lancar.  Respon positif dan komentar-komentar konyol yang keluar dari para siswa dan guru-guru merupakan sebuah langkah awal yang bagus untuk teater ini.
                                                            
                                                             ***
            Selang beberapa bulan kemudian, teater Manda diminta untuk tampil kembali di acara perpisahan siswa kelas tiga. Karena penampilan perdana yang bagus, Kepala Sekolah yang saat itu memimpin di Manda meminta untuk ikut berpartisipasi dalam pagelaran ini. Naskah kembali ditulis oleh Mbo’. Di naskah kedua ini menceritakan tentang kehidupan remaja antara anak-anak pengamen dengan anak- anak yang beruntung yang bisa bersekolah dengan baik. Namun karena kondisi saat itu kacau, para siswa lebih asik dengan kegiatan mereka masing-masing, suasana gedung yang ribut membuat konsentrasi pertunjukkan kacau dan pertunjukkan pun kurang berjalan lancar.
            Karena pertunjukkan  yang dianggap buruk oleh Pembina osis saat itu, teater Manda dengan begitu saja ditiadakan dari ekskul sekolah. Awalnya anak-anak kehilangan semangat karena ekskul tempat mereka berkreasi sudah dihapus dari sekolah. Namun karena semangat mereka untuk tetap berkarya masih ada, mereka tetap menjalankan latihan walau dengan sembunyi-sembunyi.
            Setelah peristiwa penghapusan teater itu pula, Ka Wahyu sebagai pelatih juga terpaksa berhenti mengajarkan ilmu teater kepada anak-anak  karena dia ada kesibukan lain. Anggota yang awalnya banyak sedikit-sedikit menghilang dan menyisakan dua belas orang yang masih ingin melanjutkan semangat mereka untuk berteater. Mereka adalah, Pauzan, Fauzi, Eka, Hasbi, Reza, Dayat, Erlita, Revi, Rina, Siti, Rika, Dan Zainab.
            Pauzan yang kebetulan memiliki seorang abang yang juga menggeluti dunia teater meminta abangnya tersebut untuk melatih anak-anak. Abang Riza Rahim, dialah yang akan melatih anggota yang tersisa, bahkan sampai sekarang ini Abang Riza Rahim masih membagi ilmunya kepada anak-anak teater anak Manda meski tidak dibayar. Namun sayang, saat latihan tak jarang mereka dimarahi oleh pihak sekolah karena kami tetap berlatih teater walau teater kini telah dihapus.
            Para anak yang bersemangat ini masih belum menyerah, Bang Riza biasa membawa mereka ke kampus beliau untuk latihan. Sampai satu ketika Bang Riza dan seorang temannya yang juga melatih teater  di sekolah lain berinisiatif untuk mengadakan sebuah pertunjukkan happening art mengelilingi kampus IAIN Antasari Banjarmasin dengan konsep dramatisasi puisi. Dan saat itu juga bertepatan dengan penampilan dramisasi puisi ini, teater Manda resmi mendapat nama dari Bang Riza dengan nama Teater Tunas Banua Banjarmasin. Dan mulai saat itu juga, pada tanggal 29 Oktober 2008 menjadi tahun kelahiran Teater Tunas Banua.







***

            Keinginan untuk megembalikan Teater Tunas Banua menjadi ekskul sekolah masih kuat pada diri anggotanya, maka saat penerimaan anggota osis yang baru sebagian dari anggota teater sengaja masuk mengisi divisi kesenian. Dengan menjadikan teater sebagai salah satu program kerja kesenian di sekolah, mereka berharap agar teater di Manda bisa diakui kembali sebagai salah stu ekskul sekolah. Namun usaha itu masih belum berhasil, program kerja untuk menjadikan teater sebagai ekskul sekolah ditolak oleh sekolah.
            Namun mereka belum menyerah begitu saja. Setahun kemudian, ketika Pembina osis yang lama telah digantikan dengan Pembina osis yang baru. Anggota teater yang kini beranggotakan hanya lima orang yaitu Pauzan, Fauzi, Eka, Erlita dan Revi kembali mengajukan teater sebagai ekskul sekolah. Permintaan dipenuhi tapi dengan satu syarat, teater diadakan apabila siswa yang berminat tidak kurang dari dua puluh. Pencarian  anggota baru pun dilaksanakan oleh kelima anak yang tersisa tadi, dan mendapat hasil yang sangat  bagus. Sekitar enam puluh lebih siswa di Manda tertarik untuk mengikuti ekskul teater.



            Kini Teater Tunas Banua resmi menjadi ekstra kulikuler yang ada di Manda. Kepengurusan pun dibentuk, dengan Pauzan yang diangkat sebagai ketua pada waktu itu. Semangat untuk terus berkarya semakin menjadi, bersama dengan aggota baru Teater Tunas Banua semakin giat berlatih. Sampai saat dimana sebuah festival teater tingkat pelajar se Kalimantan Selatan akan diselenggarakan oleh pihak Taman Budaya Kalsel, dan Tunas Banua mendaftarkan diri dalam festival tersebut. Sekitar sebualan penggarapan yang disutradrai oleh Bang Riza ini berjalan. Tunas Banua membawakan naskah pilihan yang berjudul Deamng Lehman karya D.M.A Bapak Haji Adjim Arijadi.
            Di festival yang pertama kali diikuti ini, Tunas Banua berhasil memperoleh peringkat kedua dan ini merupakan prestasi pertama yang diraih oleh mereka. Setelah kemenangan ini, dukungan dan dukungan berdatangan dari pihak sekolah dan Tunas Banua bukan lagi ekskul yang tidak dianggap di sekolah. Bahkan pihak-pihak yang dulu menentang teater kini juga sangat mendukung Teater Tunas Banua.
            Setelah beberapa bulan kemudian sebuah festival teater pelajar kembali diselenggarakan oleh Teater Himasindo FKIP Unlam Banjarmasin, dan ini merupakan festival kedua yang diikuti Tunas Banua.Di festival kali ini merupakan salah satu prestasi terbaik yang diperoleh Tunas Banua, mereka berhasil membawa pulang empat piala sekaligus sebagai penyaji terbaik satu, sutradara terbaik, artistik terbaik serta aktor terbaik. Nama Tunas Banua pun kini semakin dikenal diantara penggelut teater di Banjarmasin. Dan diantara para siswa di Manda, anggota teater ini merupakan para siswa yang dinilai memiliki keunikannya masing-masing berkat pendidikan selama berada di Teater Tunas Banua.





            Cerita di atas merupakan segelintir cerita berdirinya Teater Tunas Banua yang pada awalnya mengalami banyak rintangan sampai berbagai macam prestasi sudah diraih oleh sanggar yang menganut system kekeluargaan ini. Tunas Banua juga pernah mengikuti ajang festival drama nasional yang diadakan di Semarang dan berhasih membawa pulang piala aktris pembantu terbaik yaitu Mbo’ dan banyak meraih nominasi.
            ”Semoga Teater Tunas Banua selalu berjaya dan semoga seni budaya di Negara kita akan selamanya ada di tengah-tengah kehidupan kita jangan sampai terhapus oleh zaman.”





Foto-foto :


 Bubuhan Yamani

 Behind the scene gugur bunga



 Baru nyampe Semarang.

 Foto sama dewan juri.. :)



 Lawang Sewu cuuuuy.. brrrrrrrrrrrrrrr!!!!




 foto-foto sama teman-teman dari teater Spontan Palu


6 komentar:

  1. perjuangan yang luar biasa :)

    BalasHapus
  2. makasih Yam, tetap semangat yoo....

    BalasHapus
  3. Ka Uzi, Mnta Sdikit Photo Angkatan Pian Nah :D Sgan Dokumentasi :)

    BalasHapus
  4. Sedi banget ka cerita nya...
    semoga saja Teater Tunas Banua akan selalu menjadi yang terbaik dari yang terbaik
    amieen ...

    BalasHapus
  5. Sedi banget ka cerita nya...
    semoga saja Teater Tunas Banua akan selalu menjadi yang terbaik dari yang terbaik
    amieen ...

    BalasHapus

Mari kita berbagi dengan mengomentari postingan ini.. haha