Oke.
Sementara nunggu mood buat melanjutkan catatan mengenai petualangan ku selagi
di SMA, aku ingin menceritakan tentang peristiwa yang satu ini. Orang-orang
bilang sih hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 20. Memang, kalau aku
liat di akte kelahiran, biodata, dan data-data diri yang ku miliki memang
seharusnya hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 20.
Entah
apa yang ada di benakku. Yang pasti aku
sama sekali tidak merasa bahwa aku benar-benar telah dilahirkan di muka bumi
ini. Aku merasa bahwa ada sebuah kejanggalan saat aku berada, bergerak,
berjalan di bumi. Seperti sebuah boneka voodoo yang mengenakan pakaian. Semacam ada sebuah skenario yang mengharuskan aku seperti ini
dan seolah ada seorang sutradara yang
mengatur jalannya sebuah
pertunjukkan drama teater.
Kalian
tau?? Kadang aku ingin dilahirkan sebagai Jimi Hendrix, Kurt Cobain, Brad Pit,
ir. Soekarno, Jalaludin Ar Rumi, dan bahkan aku pernah berkhayal dilahirkan
sebagai tokoh Aray pada sebuah novel yang ditulis oleh Andrea Hirata yang
berjudul Sang Pemimpi. Mereka adalah sebagian tokoh yang memberikan ku
inspirasi hidup. Namun, ada seorang tokoh fiksi yang benar-benar bisa
menyedotku ke dalam kehidupannya. Adalah Makkah, seorang tokoh yang ada di
novel Maestro. Kalian pernah membacanya??
Di dalam
novel itu, menceritakan bagaimana keseharian Makkah menjalani hidupnya sebagai seorang aktor teater dan juga sebagai vokalis sekaligus
gitaris pada sebuah band yang bernama ABRAKADABRA. Persis seperti aku yang juga
bergerak di bidang teater dan sebagai pengisi gitar, Cuma bedanya aku bukan
vokalis seperti Makkah. Banyak yang menarik dari dalam diri Makkah, dan
benar-benar mampu menarikku ke kehidupan dia. Semacam buku sakti yang bisa merubah kehidupan
seseorang apabila membacanya. Awalnya Makkah adalah seorang anak yang
baik-baik, sebab dia juga berasal dari keluarga yang baik-baik. Namun setelah
dia pergi ke Jogjakarta untuk meneruskan pendidikannya kejenjang yang lebih
tinggi, disitulah kehidupan mulai berubah.
Bermula
saat dia menemukan sebuah catatan harian yang ditinggalkan oleh penghuni kamar
sebelum dia yang tersimpan rapi di dalam sebuah peti bersama beberapa lembar
foto seorang wanita cantik serta bedak yag sudah jamuran. Di dalam catatan
harian ini banyak membahas mengenai seorang wanita yang bernama Strawberi,
mungkin saja wanita yang ada di dalam foto inilah yang bernama Strawberi
tersebut.
Pendek
cerita, karena ketenarannya di bidang teater Makkah dikontrak oleh sebuah
organisasi yang bergerak di bidang teater untuk berkerja sama. Dia dikontrak
untuk memerankan tokoh Cicu pada sebuah
naskah monolog yang berjudul “STRAWBERI”. Cicu adalah seorang yang
sangat terobsesi dengan Kurt Cobain. Kalian pasti tau siapa itu Kurt Cobain??
Kalau kalian pernah membaca entri blog ini sebelumnya, disini ada sebuah
artikel menyangkut Vokalis inspiratif yang satu ini.
Makkah
memang terkenal dengan totalitas dia dalam memerankan seorang tokoh. Bahkan dia
sampai ingin mengubah genre band nya yang mulanya beraliran gothic menjadi
grunge seperti musik-musiknya Nirvana. Namun karena teman-teman satu band yang
lain menolak maka terjadilah perdebatan yang membuat band mereka bubar. Namun
Makkah beruntung karena bertemu dengan teman-teman baru yang mendukungnya unuk
memainkan musik-musik Nirvana. Padahal awalnya Makkah sangat membenci band yang
satu ini, karena mereka juga memiliki nama yang sama dengan band Makkah yang
terdahulu yaitu Abrakadabra.
Semenjak
dalam proyek pementasan ini hidup Makkah seratus persen berubah, kini dia bukan
lagi Makkah. Tapi dia sekarang adalah Cicu yang bukan lagi menjadi Cicu ,
melainkan Cicu yang terobsesi oleh Kurt Cobain.
Ah,
terlalu panjang lebar aku menjelaskan
novel ini. Yang pasti, yang ingin
ku beritahu pada kalian. Bahwa aku adalah seorang yang terobsesi pada Makkah
yang terobsesi pada Cicu yang terobsesi pada Kurt Cobain. Entah, apakah suatu saat nanti ada seseorang yang terobsesi padaku
dan ada lagi yang terobsesi oleh orang terobsesi padaku tersebut.
Di hari yang kata orang adalah
hari ulang tahunku yang ke 20 ini, aku mendapat sebuah perayaan semacam pesta
kecil untuk merayakan hari jadi ku. Sebenarnya aku agak risih dengan kata
“ulang tahun”, biar enak kita ganti sanja dengan “hari kebangkitan”. Aku
mendapat kue hari kebangkitan dari seseorang. Dia tau, bahwa aku senang dengan
band Nirvana dan pada kue hari kebangkitan itu dia bubuhkan hiasan Rockabye
baby nya Nirvana.
Takjub,
ke napa ada seseorang yang mesti repot membuat ini itu untuk hari kebangkitan
yang sama sekali tak hiraukan ini. Ya, aku terlahir dari keluarga yang tak
mempeduliakan hal-hal yang manja seperti
ini. Dan aku bersyukur akan hal itu.
Dan
malam ini, tepat jam dua belas malam. Sebuah ritual yang menurut sanggat nggak laki itu aku lakukan.
Coba
tebak!
Benar,
ritual yang ku maksud itu adalah “tiup lilin”. Tapi tak apalah sekali-sekali
menyampingkan ego ku untuk selalu menghindari hal-hal semacam itu.
Sekali-sekali ku nikmati sesuatu yang sangat jarang terjadi dalam hidup ku. Ini memang kue hari kebangkitan
kedua dalam hidupku setelah beberapa
tahun yang lalu melakukan hal serupa
untuk ku, namun ini adalah ritual tiup lilin yang pertama kali ku lakukan.
Biasanya
sebelum meniup lilin orang-orang pasti menyebutkan sebuah permohonan. Aneh.
Tapi sekali lagi ku tekankan bahwa aku ingin sekali-sekali melakukan hal ini.
Ku buat sebuah permohonan yang membuat dia sontak terkejut. Di antara dua puluh
lilin yang berdiri dan menyala ku ucapkan permohonan yang berbunyi “semoga lekas mati” dan kutiup semua
lilin itu sampai padam.
Mungkin
dia ingin menanyakan kenapa permintaan itu yang aku inginkan, namun mungkin
saja dia segan untuk menanyakannya. Biar ku jawab pada catatan ini saja maksud
dari permohonan tersebut.
“Aku
ingin cepat mati dan dilahirkan kembali sebagai seseorang yang jelas.”
“Diantara
kemeresek radio dan tv hitam putih, seperti itulah aku memandang hidup.”
(Makkah, Maestro)
“Untuk semua orang yang
telah memanjatkan doanya di hari kebangkitan ini aku ucapkan terima kasih,
semoga Tuhan selalu memberkati hidup kalian. God Bless you all!!”
“Dan untuk mu, terima
kasih atas segala kerepotan untuk menyiapkan ini semua.”
Banjarmasin, in the night on
July 2012
P.O.W.O
(percayalah, ini bukan aku!!)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus... jadi itu maksud dari "pengen cepat mati"? lilinnya sisa 1 kemaren belum mati..
BalasHapussama-sama ;)